Aku, FLP, dan Dakwah Kepenulisan

Oleh : Hata Raharjo
Syiar islam sudah sejak lama dilakukan oleh para pejuang dakwah. Dakwah islam secara resmi harus disebarkan sejak turunnya wahyu pertama kepada rasulullah saw. Wahyu tersebut adalah surah Al ‘Alaq ayat 1-5. Keunikan dari ayat ini adalah ayat pertama yang menyuruh kita untuk membaca dengan bunyi:

 اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
(Q.S. Al ‘Alaq 96:1)

Kandungan ayat ini mengisyaratkan kita sebagai umatnya harus senantiasa membaca. Sejak turun ayat ini dimulailah syiar untuk menyebarkan islam. Berbagai peristiwa pun terjadi di dalam perjuangan menyebarkan islam. Dari awal kemunculannya hingga kini telah banyak pengorbanan yang dilakukan untuk mempertahankan islam di muka bumi. Mulai dari kisah heroik Rasulullah bersama para sahabat hingga zaman sekarang ketika para ulama yang dihadapkan pada penyudutan islam.

Apa yang terjadi saat ini sangatlah memprihatinkan. Suatu momentum hebat terjadi pada tanggal 11 September 2001.  Saat itu, gedung WTC(World Trade Center) ditabrak pesawat disusul berbagai tragedi lainnya di Amerika Serikat yang didalangi oleh pihak yang mengaku para jihadis. Mulai dari sini seakan islam diistilahkan dengan teroris dan harus diperangi yang juga memunculkan islamophobia. Hal itu diperparah dengan adanya globalisasi yang membuat banyak tersebarnya pornografi dan juga berita menyesatkan, sehingga terjadilah Ghazwul Fikr sampai saat ini.
Saya Hata Raharjo, seorang mahasiswa perantauan Banten memiliki keinginan untuk melawan hal-hal tersebut. Disini, saya berusaha mengambil bagian untuk dapat menyebarkan nilai islam sebagai upaya rekonstruksi bangsa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. Akan tetapi, berbagai ancaman yang menyudutkan islam bukanlah perkara mudah untuk dilawan.

Ancaman dari adanya islamophobia dan ghazwul fikr tidak bisa dianggap ringan oleh kita semua. Sering sekali kita mendapatkan pemberitaan yang seolah-olah menyudutkan islam dengan berbagai dalih. Banyaknya pemberitaan tersebut semakin menjadi jadi dengan adanya buzzer media yang berusaha membuat viral pemberitaan yang ada. Umat islam pun dibuat semakin goyah.

Ternyata fenomena yang terjadi saat ini sebenarnya sudah terjadi sejak zaman dahulu namun dengan cara-cara yang berbeda. Sebagai contoh adalah rezim yang membenci islam dengan berusaha menyebarkan kebencian terhadap islam sudah terjadi sejak berabad-abad  lalu. Adanya fenomena tersebut tentu saja dibarengi dengan solusi nyata dari para pengemban dakwah. Antara lain berusaha membuat islam tidak seperti dugaan mereka dengan cara memberikan keteladanan, menyiarkan dengan damai, dan berbagai cara lainnya.

Sebagai seorang mahasiswa, saya memiliki peran sebagai agen perubahan. Berbagai cara telah saya lakukan sebagai usaha untuk tetap menegakkan islam walaupun hanya sebagai butiran debu. Salah satunya adalah dengan aktif di lembaga dakwah fakultas kehutanan.  Disini saya berusaha menunjukkan bahwa islam sudah seharusnya dapat diterima oleh semua kalangan bahkan oleh rimbawan sekalipun. Selain itu, saya juga aktif di Pesantren  Mahasiswa di Yogyakarta dimana saya belajar banyak terkait bagaimana berdakwah dan membersamai masyarakat.
Namun, ada satu bidang dakwah yang saya ingin lakukan sejak dulu akan tetapi masih mengganjal kuat di hati.  Bidang itu adalah dakwah melalui tulisan. Dakwah yang satu ini sifatnya lebih tahan lama bahkan dapat dilanjutkan oleh generasi-generasi selanjutnya walaupun tidak bisa bertemu secara langsung dengan sang penulis.

Berdasarkan sejarah, para ulama ataupun orang-orang besar terdahulu sering menulis untuk tetap dapat mewariskan ilmu ataupun pemikiran yang dimilikinya.
Di Indonesia sendiri, dakwah melalui tulisan telah dilakukan oleh para ulama seperti Nuruddin Ar Raniri, Nawawi Al Bantani, dan juga Hamka. Nama mereka sampai saat ini masih tetap dikenang terutama oleh para penggiat ilmu sekalipun mereka sudah lama meninggalkan dunia ini. Tulisan mereka pun tetap menjadi rujukan yang masih belum bisa tergantikan perannya. Oleh karena itu,  saya sangat tertarik untuk bergiat dalam dakwah di bidang ini.

Dalam usaha saya untuk tetap berkeinginan melakukan dakwah dalam bidang kepenulisan, saya kemudian mengenal Forum Lingkar Pena (FLP). Organisasi yang berdiri tahun 1997 ini menurut saya pribadiberusaha untuk menjadi penggiat dakwah dalam hal tulis menulis. Dakwah dalam bidang ini merupakan salah satu yang sangat penting dan mendesak karena dalam perkembangan dunai saat ini sudah banyak orang yang meninggalkan kaidah mencari informasi yang akurat menuju informasi praktis. Oleh karenanya organisasi ini menjadi salah satu motor dalam dunia kepenulisan untuk tetap dapat menyiarkan nilai islam.

Setelah mengetahui ada perekrutan anggota baru FLP, saya kemudian sangat berharap dapat menjadi bagian di dalamnya. Selama melakukan perjuangan dalam kepenulisan, seringkali saya menemukan titik jenuh di dalamnya karena tidak ada rekan atau kawan seperjuangan yang dapat saling mengingatkan. Harapannya dengan saya mendaftarkan diri di FLP ini semakin meningkatkan kesadaran saya dalam dakwah di bidang kepenulisan. Hal ini karena di dalam organisasi ini banyak ditemui orang-orang dengan minat kepenulisan seperti Kak Essa Rosie dan juga Mbak Rias yang membuat saya semakin termotivasi ikut.

Dakwah di bidang kepenulisan merupakan suatu tantangan tersendiri. Melalui dakwah ini telah banyak sekali catatan islam yang melewati berbagai peradaban. Sebagai salah satu butiran debu, saya ingin menjadi bagian di dalamnya. Tentu saja semuanya berusaha sandarkan hanya kepada Allah swt. Langkah kecil yang ingin saya gapai ada satu, yaitu mewujudkan Indonesia Emas 2045 bersama FLP.
#flpyogya

Komentar