Ahad Spirit Asmaul Husna (71/99) Al-Muqaddim, Yang Mendahulukan


أَفَعَيِينَا بِالْخَلْقِ الْأَوَّلِ ۚ بَلْ هُمْ فِي لَبْسٍ مِّنْ خَلْقٍ جَدِيدٍ

"Maka apakah kami letih dengan penciptaan yang pertama? (sama sekali tidak) bahkan mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru."
(Q.S. Qof 50:15)

Allah sebagai Sang Pencipta menjadi lebih dahulu daripada makhlukNya dan juga dapat membuat ciptaanNya saling mendahului sesamaNya. Sifat mendahului ini sudah bersifat alamiah bagi manusia. Namun, pada dasarnya tidak semua yang mendahului itu lebih baik daripada yang didahului. Kita bisa melihat bagaimana Nabi Adam sebagai manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna melebihi makhluk yang diciptakan sebelumnya. Kita juga tahu bahwa Nabi Muhammad adalah nabi penyempurna ajaran nabi-nabi terdahulu. Semua itu menjadi mungkin apabila dilakukan oleh Allah.

Sifat mendahului dan didahului tentu saja hanya dimiliki oleh makhluk yang diciptakan Allah. Dengan adanya sifat ini selain memang karena sifatnya yang alamiah dan kodrati, ada beberapa juga pelajaran yang terdapat di dalamnya. Pada permulaan ayat Al-Qur’an yang turun misalnya, ayat-ayat dari surat Makiyyah yang leih dahulu banyak mengajarkan tentang tauhid dan benyak seruan yang tertuju pada seluruh makhluk. Ayat-ayat dari surat Madaniyyah yang turun berikutnya lebih banyak menjelaskan tentang muamalah dan seruan kepada orang beriman. Hanya dari turunnya ayat ini banyak pelajaran yang bisa kita ambil kemudian, seperti pentingnya ketauhidan sebelum mengajarkan yang lainnya.

Sebagai makhluk, apakah kita ingin mengimani Allah Yang Maha Mendahului atau malah mengingkari? Jika kita mendapatkan berbagai coba dan uji sudahkah kita yakin bahwa Allah telah lebih dulu tahu bahwa hal tersebut akan terjadi kepada kita? Allah sebagai Yang Mendahului tentu tahu apa yang akan hambaNya lakukan. Lalu, hanya pasrahkah kita apabila semua yang kita lakukan telah diketahuiNya. Sebagai orang yang beriman, tentu saja kita harus tetap berusaha menaati perintahNya sambil berharap agar tetap terjaga imannya hingga akhir.

Wallahu a’lam


Sumber Bacaan : 

Al-Jerrahi, T.B. 2003. Asmaul Husna

Al-Asyqar, U.S. 2004. Al-Asma Al-Husna

Azzaino, H.S.Z. 1989. Allah dalam Seri Axiomatika Ilmiah Ilahiah Asma-ul Husna


©Fajr Studio

Masjid Mardliyyah UGM


Komentar