Suasana sepi nan sejuk menghiasi malam penuh hikmah ini. Dengan malam yang semakin menggelap setelah mengganti senja dan angin sepoi yang mengalir lembut, membuatnya semakin indah.
Hari ini merupakan hari terakhir dari kunjungan ke berbagai pengajak kebaikan di kota kembang dan sekitarnya. Perjalanan dari Jogja menuju Bandung yang menguras tenaga dan pikiran pun sebentar lagi akan berakhir ketika rombongan sudah menapaki kota pendidikan. Berbagai kisah mungkin akan menarik untuk diceritakan tentang perjalanan ini terutama makna yang bisa diambil darinya.
Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kunjungan ke berbagai pengajak kebaikan ini. Mulai dari penggiat kebaikan yang baru bangkit kembali hingga yang sudah berumur pun memberikan masing-masing pelajaran di dalamnya.
Di antara pelajaran-pelajaran yang dapat atau bahkan harus diambil, ada satu hal yang memang sangat menarik. Pada penggiat kebaikan yang sudah berumur dan masih bertahan, ternyata usaha yang dikerahkan tidaklah mudah. Banyak sekali rintangan yang memang harus dilalui untuk bisa tetap bertahan. Berbagai rasa pun telah dialami dari bersemi hingga frustrasi yang membuat mereka semakin dewasa.
Terkadang kita memandang sesuatu hanya dari satu sai. Kisah kuksesan orang-orang pun terkadang hanya menjadi dongeng saja bagi kita. Tetapi sebenarnya kita belum tau bagaimana perih luka yang harus dirasakan ketika sedang berjuang untuk bertahan. Terutama orang-orang yang menjadi pelopor suatu perjuangan. Di antara mereka ada yang beruntung, ada pula yang tidak beruntung. Orang yang beruntung adalah orang yang bisa melihat buah dari jerih payah usahanya, orang tidak beruntung sendiri sudah dapat kita tebak yait orang yang tidak sempat merasakan buah dari perjuangannya.
Sebagai generasi penerus, sudah semestinya kita harus bebenah diri. Kita tidak akan rela ketika perjuangan para pendahulu harus berakhir di tangan kita sendiri. Begitu pula untuk pendidikan terhadap generasi esok, kita tidak ingin mereka fidak melihat adanya sebuah perjuangan dari diri kita.
Berbagai usaha perjuangan pun akan terus berlanjut. Salah satu buku karangan Mochtar Lubis yang berjudul "Jalan Tanpa Ujung" dapat menggambarkan bagaimana kehidupan yang akan dilalui seperti tidak ada habisnya. Ketika seseorang terlihat pengecut, suatu saat akan menjadi pemberani karena telah berteman dengan rasa takutya. Sebaliknya orang yang pemberani akan dapat menjadi takut karena terlalu sering membohongi diri sendiri.
Satu atau lebih tindakan mungkin tidaklah cukup untuk melanjutkan perjuangan. Namun, hal tersebut cukup untuk memantik rasa perjuangan di dalam diri. Oleh karenanya mari berrindak sebelum ajal berkehendak untuk mencapai suatu keniscayaan.
Hari ini merupakan hari terakhir dari kunjungan ke berbagai pengajak kebaikan di kota kembang dan sekitarnya. Perjalanan dari Jogja menuju Bandung yang menguras tenaga dan pikiran pun sebentar lagi akan berakhir ketika rombongan sudah menapaki kota pendidikan. Berbagai kisah mungkin akan menarik untuk diceritakan tentang perjalanan ini terutama makna yang bisa diambil darinya.
Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kunjungan ke berbagai pengajak kebaikan ini. Mulai dari penggiat kebaikan yang baru bangkit kembali hingga yang sudah berumur pun memberikan masing-masing pelajaran di dalamnya.
Di antara pelajaran-pelajaran yang dapat atau bahkan harus diambil, ada satu hal yang memang sangat menarik. Pada penggiat kebaikan yang sudah berumur dan masih bertahan, ternyata usaha yang dikerahkan tidaklah mudah. Banyak sekali rintangan yang memang harus dilalui untuk bisa tetap bertahan. Berbagai rasa pun telah dialami dari bersemi hingga frustrasi yang membuat mereka semakin dewasa.
Terkadang kita memandang sesuatu hanya dari satu sai. Kisah kuksesan orang-orang pun terkadang hanya menjadi dongeng saja bagi kita. Tetapi sebenarnya kita belum tau bagaimana perih luka yang harus dirasakan ketika sedang berjuang untuk bertahan. Terutama orang-orang yang menjadi pelopor suatu perjuangan. Di antara mereka ada yang beruntung, ada pula yang tidak beruntung. Orang yang beruntung adalah orang yang bisa melihat buah dari jerih payah usahanya, orang tidak beruntung sendiri sudah dapat kita tebak yait orang yang tidak sempat merasakan buah dari perjuangannya.
Sebagai generasi penerus, sudah semestinya kita harus bebenah diri. Kita tidak akan rela ketika perjuangan para pendahulu harus berakhir di tangan kita sendiri. Begitu pula untuk pendidikan terhadap generasi esok, kita tidak ingin mereka fidak melihat adanya sebuah perjuangan dari diri kita.
Berbagai usaha perjuangan pun akan terus berlanjut. Salah satu buku karangan Mochtar Lubis yang berjudul "Jalan Tanpa Ujung" dapat menggambarkan bagaimana kehidupan yang akan dilalui seperti tidak ada habisnya. Ketika seseorang terlihat pengecut, suatu saat akan menjadi pemberani karena telah berteman dengan rasa takutya. Sebaliknya orang yang pemberani akan dapat menjadi takut karena terlalu sering membohongi diri sendiri.
Satu atau lebih tindakan mungkin tidaklah cukup untuk melanjutkan perjuangan. Namun, hal tersebut cukup untuk memantik rasa perjuangan di dalam diri. Oleh karenanya mari berrindak sebelum ajal berkehendak untuk mencapai suatu keniscayaan.
Komentar
Posting Komentar