Ahad Spirit Asmaul Husna (20/99) Al-Khaafidh, Maha Merendahkan

Memaknai asmaul husna memang menyempurnakan hati, sebagaimana makna husna itu sendiri. Al-Husna bermakna keindahan yang tiada bandingannya, yang bermuara kepada kesempurnaan. Allah-lah pemilik gelar “maha” yang mana keindahan-Nya meliputi langit ,bumi, dan seisinya. Kemahaan-Nya menggetarkan hati, menjernihkan pikiran, merengkuh jiwa yang rapuh, menguatkan yang senantiasa berkhidmat memuji-Nya.

Supaya kita sebagai seorang hamba bertambah yakin dan semakin cinta kepada-Nya, mentadaburi kemahaan-Nya adalah suatu langkah untuk semakin mendekat kepada-Nya. Bilakah cinta akan bersambut jika tiada pujian kepada yang dicinta dengan menyebut asma-Nya dalam tiap doa?

Sebagaimana dalam firman-Nya berikut: “Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu." Q.S. Al-Israa (17:110).

Salah satu dari 99 asmaul husna yaitu Al-Khaafidh, asma yang ke 22. Al-Khaafidh artinya Yang Maha Merendahkan. Allahlah Yang Maha Merendahkan segala yang telah diciptakan-Nya.

Dalam firman-Nya Allah swt berfirman, “Apabila terjadi hari kiamat, tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain).” QS.Al-Waaqi’ah (56:1-3).

Ketika seorang makhluk tidak patuh terhadap apa yang diperintahkan kepadanya, maka Allah mempunyai “hak prerogatif” untuk menimpakan balasan kepadanya berupa merendahkan derajatnya. Ketika Allah merendahkan makhluk-Nya, maka tiada yang dapat menolongnya dari apa-apa yang telah ditimpakan kepadanya. Inilah sebagai sebuah konsekuensi terhadap apa yang telah Allah perintahkan kepada makhluk-Nya.

Demikianlah maha sempurnanya Allah dengan segala asma-Nya. Maka tidak sepantasnya manusia dengan kapasitas sebagai makhluk merendahkan sesama makhluk yang lain. Sungguh, dengan gelar makhluk yang melekat pada diri manusia, merendahkan bukanlah perbuatan yang mulia. Ketika kita merendahkan orang lain, justru kitalah yang berada dalam derajat rendah itu sendiri. Semoga Allah memuliakan kita dengan keistiqomahan kita memulikan-Nya dengan selalu mengingat asma-Nya, Al-Khaafidh.

Referensi: 

Abdullah. “Keindahan Asmaul Husna”. 2013. https://imnasution.files.wordpress.com/2013/11/keindahan-asmaul-husna.pdf

Sujatmiko, Fajar. “Al-Khaafidh (Maha Merendahkan)”. Oktober 2011. http://ruangpustaka.blogspot.co.id/2011/10/al-khaafidh-maha-merendahkan.html .

©FajrStudio

Masjid Mardliyyah UGM


 

Komentar