Ahad Spirit Asmaul Husna (18/99) Al-Qaabidh, Maha Menyempitkan & (19/99) Al-Baasith, Maha Melapangkan

 Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah. Segala kebaikan hanyalah milik-Nya, Tuhan Seru Sekalian Alam. Allah Swt memiliki nama-nama yang mulia di antaranya yaitu Al-Qaabidh yang bermakna menyempitkan, dan Al-Baasith yang bermakna melapangkan. Apa yang dilapangkan dan disempitkan oleh Allah SWT? 

Ya, rezeki. Dalam hal ini rezeki bukan semata-mata berbentuk uang, tetapi juga segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada tiap-tiap makhluk-Nya.

Masing-masing makhluk memiliki rezeki yang berbeda-beda. Bisa jadi rezeki yang kita miliki tidak sama dengan rezeki yang dimiliki orang lain. Misalnya, nikmat sehat, belum tentu ketika saat ini kita bisa leluasa menghirup oksigen, saudara kita di belahan bumi yang lain bisa bernapas lega. Selain itu, ada juga nikmat kesempatan, ketika kita bisa berkumpul bersama keluarga, saudara, dan atau teman-teman kita, bisa jadi saudara kita ada yang bapak ibunya sudah dipanggil oleh-Nya.
Bukan tanpa sebab jika Allah berlaku demikian, sebab Dia-lah Yang Maha Melapangkan dan Menyempitkan rezeki masing-masing makhluk-Nya. Apa tujuan Allah melakukan hal tersebut? Supaya manusia menyadari akan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan mengimani-Nya.

Sesuai dengan perintah-Nya dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ruum ayat 37 yang artinya : “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan (rezeki itu). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang beriman.” Ketika Allah melapangkan rezeki, hendaknya kita bersyukur dan selalu ingat bahwasanya rezeki itu Allah berikan kepada kita. Serta untuk kebaikan kita sehingga jangan sampai kita sia-siakan.

Sebaliknya, ketika Allah sedang menyempitkan rezeki kita maka jangan sampai kita ber-su’udzan terhadap-Nya. Bisa jadi hal itu disebabkan oleh rasa kurang bersyukur kita selama ini atau Allah hendak menguji keimanan kita, seberapa jauh kita bergantung kepada-Nya.

Dengan demikian tetaplah bersyukur kepada Allah swt atas setiap rezeki yang telah diberikan kepada kita. Sebab setiap rezeki akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak, apakah untuk bersyukur atau kufur kepada-Nya.

Referensi:
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Arga. 

©FajrStudio
Masjid Mardliyyah UGM


Komentar