Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Mulia".
(Q.S. Hud 11:73)
Fir’aun, salah satu penguasa Mesir yang mahsyur dengan kemegahan singgasananya. Kekuasaannya tersebut tidak tertandingi sehingga wajar saat itu ketika dia mengaku menjadi tuhan, banyak yang mengikutinya dan takut kepadanya. Namun, kekuasaannya tersebut menjadi tiada artinya setelah dia ditenggelamkan saat mengejar rombongan “pembangkang” yang dimotori oleh anak angkatnya sendiri, Nabi Musa as. Ya, tidak ada yang tahu bahwa diterimanya Musa as. sebagai anak angkat Fir’aun menjadi awal dari kejatuhannya. Itulah jalan takdir yang telah digariskan oleh Yang Mahamulia.
Dia dengan mudah memuliakan seseorang hingga derajat yang paling tinggi, namun dengan mudah menjatuhkannya dalam sekejap. Tidak ada yang tahu kapan seseorang menjadi termuliakan ataupun terhinakan. Sebab, hanya Dia yang tahu dan mampu untuk melakukannya.
Mencari kemuliaan tentu jadi dambaan bagi orang-orang, terutama bagi manusia yang butuh pengakuan oleh manusia lainnya. Berbagai cara pun dilakukan untuk mendapatkannya seperti banyak menuntut ilmu, banyak mencari teman, ataupun banyak bekerja. Akan tetapi, semuanya tetap akan sia-sia belaka apabila dilakukan hanya demi kemuliaan semu yang dibuat oleh makhluk.
Ya, sebagai hambaNya apakah kita ingin mencari kemuliaan yang sebenarnya atau tidak? Jawabannya tentu dapat kita cari dari dalam diri sendiri, karena hanya diri sendirilah yang mengetahuinya. Tetapi satu hal yang pasti, kemuliaan dariNya tentu lebih tinggi derajatnya berkali lipat dibandingkan kemuliaan oleh manusia.
Wallahu a’lam
Sumber Bacaan :
Azzaino, H.S.Z. 1989. Allah dalam Seri Axiomatika Ilmiah Ilahiah Asma-ul Husna
©Fajr Studio
Masjid Mardliyyah UGM
Komentar
Posting Komentar